Jumat, 09 Agustus 2013

"FILOSOFI PIDI BAIQ DI ATAS MEJA PUJASERA POLBAN" | Interview Singkat |

BANDUNG (25/05/12) - Pidi Baiq tidak perlu mendatangi gedung terbesar dan termahal di Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) untuk menjadi seseorang yang berkesan bagi generasi muda kampus tersebut. Cukup dengan menghadiri sebuah undangan untuk show di kantin Pujasera POLBAN, Pidi Baiq yang akrab disapa "Surayah" ini (mungkin sengaja) datang terlambat ke kantin termurah se-Bandung Raya itu. Mungkin karena menurutnya, itulah dirinya. Dirinya yang tetap ditunggu walau acara jadi ngaret sampe 2 jam lebih. Dirinya yang tetap membumi walau pikiran melangit. Dirinya yang selalu menghimbau kita semua bahwa manusia adalah miniatur alam semesta, lebih luas dari cacian, lebih dalam dari pujian. Iya. Itu twit favorit beliau yang selalu muncul di setiap akhir sesi tanya jawab dengannya via Twitter @pidibaiq

Mantan vokalis grup band The Panasdalam yang aktif juga dalam menulis buku tersebut sangat tau bagaimana cara membuat panggung kecil ukuran dua kali dua setengah meter menjadi sebuah mini-stage yang asik. Di sela-sela menyanyikan beberapa lagu, beliau selipkan beberapa lantunan dongeng kocak (tapi inspiratif) yang sukses menyegarkan semua pengunjung yang hadir. Entahlah itu sebagai penampilan solo, pertunjukan sit-down comedy, atau dakwah musikal. Semua terasa menyatu dalam sebuah kemasan art-performance yang sederhana namun hangat, dan cukup memuaskan (apalagi acara ini gratisan). Satu hal yang pasti, saat itu panggung adalah milik Surayah Pidi. PUJASERA Polban dihanyutkan oleh pesona-nya sebagai seniman yang sedang populer sebagai "mantri curhat" anak-anak remaja di Twitter.

Turun dari panggung, Surayah duduk di salah satu meja untuk sekedar menghirup segelas kopi hitam dan rokok kreteknya. Sebuah wawancara non formal yang lebih mengarah ke ngobrol-ngobrol santai lintas topik ini terjadi di selama sekitar 30 menit. Beliau meladeni setiap pertanyaan dengan jawaban yang mengagetkan, terkesan asal bicara, dan cenderung kontroversial, namun semua itu kami lahap dengan sebuah tawa yang melebur dengan tawa lainnya. Intinya saat itu kami semua sedang belajar bersama. Berbagai jawaban spontan dan kental akan humor itu, bisa jadi adalah sebuah bukti, bahwa kini Surayah sedang "menyulap" satu meja tongkrongan ini menjadi "panggung pentas" kedua untuk dirinya. Mungkin jika salah satu di antara kami tidak ada yang melontarkan pertanyaan, maka beliau akan terus berdongeng. Namun semua cukup menarik untuk disimak :)


*** *** *** *** ***


Yah, kenapa Ayah gak suka sama sistem sekolah zaman sekarang ??
Yaa, aku tidak suka saja sama ketatnya peraturan sekolah. Kalo sesuatu yang teratur mah ga apa-apa, tapi kalo jadinya malah terlalu diatur sama sekolahnya, saya ga suka. Gini deh, siapa sih orang yang mau datang ke tempat yang di mana dia tau bakal menjadi seorang pecundang di sana. Datang untuk diberi tugas yang tidak kita sukai, kemudian dimarahi, disetrap, dan sebagainya. Sekolah mah bagus, tapi metode pengajarannya diubah atuh. Itu menurut aku, entah ya kalo kata Depdiknas mah.

Sewaktu Ayah jadi dekan di ITB, Ayah melakukan perubahan metode gak ??
Saat aku jadi dekan, di ruang dekan aku sama mahasiswa bisa merokok bersama. Mahasiswa mah malah suka mintain uang, minta rokok juga (tertawa). Karena menurutku, mahasiswaku adalah kawan-kawanku (serius). Dengan begitu, ketika aku ga minta dihormati, ya mereka jadi santai, ga kaku dan takut sama saya. Tapi justru dari situ kita jadi lebih mudah memahami esensi dari saling menghormati.

Ayah sekarang udah jadi pemusik, penulis, pelukis, komikus, seniman, seminator, bahkan pernah juga jadi dekan. Lalu hal apalagi nih yg Ayah pengen buat ??
(berbicara lantang) Aku pingin menggalakkan "Break-Dance Islami". (tertawa) Eh, emang aya kitu break-dance Islami ??? Atau mendirikan "TK Atheist". Zaman sekarang kan banyak orang tua yang atheist, jadi kalo anaknya mau jadi atheist kaya orang tuanya, ya sekolahnya mending di TK itu (tawa meledak). Kan TK agamis yg lain udah pada ada, TK atheist belum ada tuh, siapatau bisa jadi bagus. Kan di Indonesia mah, lembaga pendidikan suka ngebawa-bawa nama agama. Misalnya : Islam, bari jeung sikap orang-orangnya enggak Islami. Namanya weh yang hanya dijunjung terus. Hmm. Selain itu, aku juga pengen membuat "Rumah Penampungan Anak Bolos Sekolah" (kami semua kaget dan tertawa). Yaa, supaya mereka yang bolos ga luntang-lantung, kasian kan. Mending diarahkan ke kegiatan yg lebih baik selama mereka bolos (kami tertawa, Pidi Baiq enggak).

Siapa sih sosok yang Ayah idolakan ??
Kalau diriku sebagai penulis, dari aku muda dulu aku mendapat banyak inspirasi dari macam-macam penulis. Ketika aku membaca karya banyak penulis, dari sana aku sadar bahwa sebetulnya mereka telah mengajarkan aku, agar tidak menjadi dirinya. Terus, aku setiap datang ke toko buku, aku tertarik untuk bikin buku yang menentang judul-judul buku yang ada di toko (dalam konteks menandingi isinya). Karena aku juga ga kepengen mengikuti buku-buku yang udah ada. Saat ada buku tentang kitab zaman dulu seperti Kitab Sutasoma, aku tandingi sama buku-ku : "Al-Asbun". Ketika buku-buku tentang FPI lagi marak, aku bikin tandingannya : "Front Pembela Islam-Kristen-Hindu-Budha". Ketika Lia Aminuddin bikin buku berjudul "Kingdom of Heaven", aku tandingi dengan buku-ku : "Kingdom of Have Fun". Terus, pas MUI terus-terusan bikin fatwa, aku bikin saingannya si MUI, judul bukunya : "MOU" (baca : em~ou~yuu). Ga cuman dalam masalah buku aja. Ketika ada isu tentang bikin negara sendiri, aku bikin juga "Negara Panas Dalam". Saya sering menentang apa yang orang-orang lakukan.

(tiba-tiba Surayah berdongeng)
Dulu aku pindah SMA empat kali, dipecat terus dari sana-sini. Dulu aku kan geng motor, pasti dipecat atuh dari sekolah (tertawa). Dari dulu aku emang terbiasa menentang segala sesuatu. Sering berkelahi. Karena buat aku, kalah-menang mah itu teknis. Kalo aku kalah dalam berkelahi, mungkin aja akunya lagi kondisi sakit (tertawa). Tapi seorang ksatria itu kan diukur dari seberapa keberanian dia mau bertarung. Kita harus berani menentang kalo hal tersebut harus dilawan. Dalam artian, kita jangan seperti negara ini, yang malah jadi negeri "latah kebelinger". Negeri ini selalu ingin sama seperti apa yang negeri luar lakukan. Ga berani "menentang", terus aja terbawa-bawa oleh luar negeri.

(Surayah meluaskan topik bahasan)
Yang lebih parah lagi, udah mah budaya kita ini negeri "latah kebelinger", budaya lain di negeri ini yang sama "kampungan"-nya, yaitu orang-orangnya suka memamer-mamerkan kekayaan. Parahnya ada yang lewat televisi lagi, seperti yang kita lihat, pernikahannya Anang & Ashanti kemarin. Sadar ga kita kalo Indonesia ini negara miskin, pantes ga kita kaya gitu ?! Untuk apa nikahan mewah seperti itu ada di TV ?! SBY juga, udah tau dia presiden, kok masih foya-foya bikin album rekaman. Walaupun pake duit dia pribadi, ya sadar kondisi heula atuh harusnya (serius).

Apakah Ayah merasa sebagai orang Indonesia ??
Aku mah bukan warga negara Indonesia. Aku mah warga negara dunia. Di mana pun aku berada, maka di sanalah negaraku. Di mana aku bisa senang, maka di sanalah negaraku. Dan aku selalu mencintai negaraku. Aku mencintai Indonesia, dan juga mencintai Malaysia, Brunei, Thailand, China, Belanda, Inggris, AS, dan semuanya. Karena sesungguhnya cinta-ku ini menembus batas territorial. Kalo aku, pengennya "rahmatan bil alamiin", kalo kamu mah, mungkin "rahmatan bil Indonesia" (tawa meledak). Nah justru itulah, karena ada orang-orang yang sentimental tentang nasionalisme inilah yang membuat terjadinya perang. Karena sebuah nasionalis, tidak akan terjadi tanpa adanya "nasi", betul kan ?! Ya nanti jadinya "onalisme" (semua tertawa, Pidi Baiq membakar rokoknya).

Rata-rata Islam di Indonesia kan Islam "abal-abal", bagaimana caranya agar orang-orang yang seperti itu, atau dari yang atheis, menjadi punya keyakinan terhadap Tuhan ?? (Pertanyaan dari teman saya Samudera Avicenna; dia ada di meja yang sama dengan saya)
Aku punya seorang teman yang mungkin kurang percaya adanya Tuhan. Suatu saat dia melihat aku sedang shalat, rupanya dia mempertanyakan keimanan saya.
Dia bilang padaku :
"Heh Pidi !!! Bagaimana kalau pas kau mati ntar, lalu Tuhan yang kau imani itu ternyata tidak ada??”
Kemudian aku jawab :
"Kalau aku mati, ternyata Tuhan itu tidak ada, maka saat itu tinggal aku buang saja keyakinan aku itu. Tinggal gitu aja, repot amat. Sekarang aku tanya kau balik, kalau pas kau mati ternyata Tuhan itu ada, kau mau pinjam keyakinan ke siapa nanti ???” (semua tertawa)
Lebih baik aku bawa uang sebanyak-banyaknya ke atas gunung. Masalah di puncak sana nanti ada toko apa enggak, ya biarin aja, itu urusan nanti, ga rugi kan ?! Di akhir percakapan sama dia, aku bilang aja : "Apa sih ruginya kamu percaya Tuhan...."

Ada ga masyarakat yang bilang kalau Ayah ini gila ??
Aku mah tidak gila, enak aja. Itu justru masyarakat yang gila, aku mah enggak gila (tertawa). Perbedaan antara orang gila dan orang waras mah, bisa diliat dari masalah buang sampah aja, yang gampang. Gini, masyarakat waras selalu membuang sampah sembarangan, nah justru orang gila mah enggak. Iya kan?! Orang gila mah membawa-bawa sampah di atas kepalanya (tertawa). Atau jangan-jangan kita udah sama gilanya (tertawa) ?!! Sama gilanya seperti orang-orang yang memamerkan kekayaannya seperti tadi. Sebetulnya, agar apa sih dia harus seperti itu segala ?! Atau seperti tujuan orang-orang yang membeli mobil mewah. Karena ketika seseorang membeli mobil mewah, biasanya dia pasti bakal mendatangi tempat-tempat yang jarang ada mobil mewahnya juga. Agar apa coba ?! Iyaa, supaya ketika dia berada di lingkungan yang berisi orang-orang yang tingkat ekonominya dibawah dia, dia disebut ‘hebat’ sama orang lain. Ah atuh, mental seperti itu mah, udah nyaris sama dengan seseorang dari desa yang maghrib-maghrib pake kacamata hitam sambil masang walkman di telinganya, dan jalan-jalan keliling desa. Agar apa ?! Ya agar satu desa tau gaya dia, agar dia disebut hebat. Jadi siapa yang gila?? (tertawa)

Jadi, apa harapan ayah terhadap generasi muda saat ini ??
Menjadi dirinya sendiri yang kompak dengan lingkungannya. Sehingga bisa memposisikan diri dengan baik. Dan membuka pikiran juga. Bahwa kebenaran itu kan relative, gimana posisi dan lingkungannya juga. Keadaan harus diperhatikan juga. Kalau dalam Islam, zaman dulu kan siwak dipake tuh. Nah, kalo pasta gigi udah ada dari zaman dulu, ya bukan ga mungkin Nabi Muhammad juga bakal pake pasta gigi. Jadi kita jangan jadi kaku oleh hal-hal yang hanya sifatnya "simbolis" semata. Apalagi kalo dalam hal keagamaan. Kata kunci di sini adalah "esensinya", bukan pada "simbol-simbolnya" semata. Tapi kan zaman sekarang mah orang-orang banyaknya justru masih tetep weh, pada "simbolnya". Jadi generasi muda juga kudu bisa pro-aktif atuh, kudu cerdas, kritis, kreatif. Apalagi kalo bicara dalam segi seni dan budaya mah, sampai kapanpun, guru adalah masa lalu, dan murid adalah masa depan. Jadi harusnya, guru jangan membawa murid kepada si "masa lalu" hanya karena persepsinya dan posisinya. Jangan terjebak sama masa lalu. Ibarat lainnya, misalnya hari ini kamu nyatakan cinta pada seorang cewek, dan ternyata jawabannya kamu ditolak, nah terus besoknya kamu masih nyatain cinta lagi, ya artinya kamu udah bergerak ngikutin masa lalu (walaupun kejadian itu baru 24 jam yang lalu).

Saya jadi inget nih. Ayah pernah nge-twit, bahwa "Apa yang orang kejar dari pacaran itu tidak lain adalah masa akhir si hubungan itu sendiri. Bisa berarti perpisahan, atau berarti ke jenjang pernikahan..." Nah yah, jadi pacaran teh enaknya gimana ???
Anda tahu konsep pacaran ?! Tugasku sebagai pacar, adalah untuk membahagiakan dia. Bukan untuk menuntut dia agar membahagiakan aku. Kalau aku menuntut kebahagiaan dari pacarku, berarti aku lemah. Karena artinya kebahagiaanku ditentukan oleh hal dari luar diriku. Aku menjadi pacarnya untuk menjadikannya bahagia. Begitu pula dengan pacarku, yang tugasnya membahagiakanku. Jadi, tugasmu adalah membuatnya senang. Percayalah, kau tidak akan pernah takut dia lari darimu kalau kau memang membahagiakannya. Kau juga tidak akan pernah cemburu. Karena biasanya, alasan kita cemburu itu karena kau tidak percaya diri. Kau takut pada dirimu sendiri, apakah kau sudah membahagiakannya atau belum, sehingga kau takut dia lari dan mencari orang lain. (para mahasiswa jomblo di meja tersebut serasa mendapat mencerahan) 

Sebagai penggagas "Front Pembela Islam-Kristen-Hindu-Budha", agama apa yang Ayah pilih ??
Aku pilih Islam, (kemudian mengecilkan volume suara) tapi bukan Islam-nya Mamah Dedeh (saya tertawa). Karena ketika ada yang nanya : "Ayah kenapa ga pernah masuk TV ??", saya selalu menjawab : "Saya lebih kepengen masuk surga" (semua tertawa). Di alam semesta, Tuhan itu adalah zat aktif dan juga zat pasif. Sehingga buat aku, kadang terasa tidak ada (tidak nyata). Contohnya, ketika buku karya saya lagi dibaca sama orang yang berada di Bengkulu. Aku-nya mah ga ada di Bengkulu, buku aku doang yang ada di Bengkulu. Aku ada di sana dalam bentuk opini, pemikiran, analisa aku, dan lain-lain. Contoh kedua, ketika aku memakai komputer, si Bill Gates-nya kan tidak ada di dalam komputer. Tapi Bill Gates ada sebagai zat pasif yang memberikan fasilitasnya pada aku. Kalau hasil design aku pake komputer itu jelek, aku tidak bisa menuduh Bill Gates, ya itu mah kemampuan aku-nya aja yang belum maksimal (topik bahasan ini penuh analogi, perlu dicermati secara khusus oleh pembaca).

Kita kan dituntut berpikir bebas, bagaimana pendapat Ayah tentang Jaringan Islam Liberal ?? (Pertanyaan kedua dari Samudera Avicenna)
Jamaah Islam Liberal itu aneh, katanya liberal, tapi kok menentang FPI ?! Aneh dong. Kalo emang mereka liberal harusnya mereka membebaskan FPI, bukan menentang (tertawa). Yaa, karena di belakang Jaringan Islam Liberal itu ada uang, iya kan ?! Kalo ga ada uang mah ga akan mungkin bikin gerakan gitu, uang dari mana emang ?! Hmmm, gini yah, paham-paham seperti liberal, komunis, dan lain-lain itu kan bikinan manusia. Bisa jadi sebuah paham ideologi itu benar, jika tadi, jika keadaan dan lingkungannya juga sesuai dan cocok untuk itu. Jangan-jangan paham liberal atau demokrasi itu bisa benar jika diterapkan di saat yang tepat, jangan-jangan sosialias juga bisa benar untuk Indonesia. Tapi kan zaman sekarang Indonesia dengan demokrasi malah ga maju-maju. Sok araraneh nyak, sebenarnya semua itu sudah mudah, cuman suka dipersulit.

Kedepannya, Ayah punya rencana apa?
Aku tidak pernah punya rencana. Bagaimanapun juga, kita tak pernah ada di masa depan. Karena kenyataannya, kita selalu berada di hari ini, yang harus lebih baik dari hari kemarin. Gitu aja, simpel.

Ayah sepertinya tidak pernah stress yah. Kapan ayah terakhir merasa stress??
Aku pernah stress sewaktu Barcelona dikalahkan Chelsea (semua spontan tertawa). Iya, kenapa ?! karena Ibuku pendukung Chelsea, apal mereun doa Ibu tea euy, selalu mujarab (tawa meledak) !!! Aku dan Ibuku beda rumah, waktu itu aku telepon ibuku...
Pidi      : "Ibu nonton Chelsea?"
Ibu      : "Iya!"
Pidi      : (dalam hati) "Waduh" | "Ibu berdoa biar Chelsea menang ga??"
Pidi      : "Iya!"
Pidi      : (dalam hati) "Wah celakaaa…. @#$&%#&^$@#!!!!"

Aku waktu nonton pertandingan bola itu deg-deg’an bukan karena Barcelona kalah. Tapi kalau Barcelona menang euy, aku disebut durhaka sama Ibu gak ya... (semua tertawa)

Kenapa Ayah malem ini mau tampil di POLBAN ??
Teuing, aing dititah kadieu! Nya kadieu weh…. (*gubrak*)

Hmm, Yah. Apakah aktifitas bernyanyi dan berbagi pemikiran seperti tadi menurut Ayah udah bisa disamakan dengan berdakwah ??
Ada dalil yang pernah kubaca : "Kalau engkau punya ilmu tapi tidak disampaikan, siap-siap saja menghadapi api neraka". Itu saja prinsipku. Aku juga sering menyampaikan pada orang-orang yang pola pikirnya kaku. Aku bahas sama mereka tentang pendidikan di sekolah yang dibuat untuk menjadikan mereka sebagai buruh. Di mana ijazah menjadi tiket orang-orang untuk melamar kerja, sehingga mereka semua mengantri hanya untuk menjadi bawahan. Orang-orang kaku seperti itu banyak dipengaruhi oleh budaya, misalnya pengaruh umum bahwa wanita cantik itu harus berambut panjang. Harusnya mereka menjadi dirinya sendiri. Manusia kan ga semuanya terlahir untuk menjadi bawahan atuh. Ibaratnya gini, kalau kau seekor kucing, janganlah belajar menggonggong hanya karena menggonggong sedang trend. Atau kalau kau seekor bangau, janganlah kau repot-repot ke pasar hanya untuk membeli loreng agar kau terlihat seperti harimau. Lebih baik kau tetap menjadi bangau. Kalau dirimu dianggap aneh karena tidak mengikuti trend, lebih baik kau selaras dengan lingkungan agar kau tetap hidup. Saat ada orang menyebut dirimu jelek, aku tidak pernah marah karena dia sesungguhnya memberitahu aku tentang kenyataan. Begitu juga ketika ada orang yang iri kepadaku, ya aku harus bangga karena aku akan selalu menjadi orang yang menang di mata dia. Kalau ada yang membenci aku ya biarin aja, biarlah dia menjadi seorang pembenci. Kalo kita pake parameter pendapat umum masyarakat sekarang, ketika kita menjelma jadi tikus kita pasti gamau tinggal di got karena kotor dan jorok. Padahal secara kodrat, selokan dan got adalah tempat terbaik untuk tikus...


"...maafkan juga dirimu sendiri, untuk tidak mengulang kembali hal-hal buruk yang tidak baik bagi hidup dan kehidupanmu...." (PIDI BAIQ on Twitter)


*** *** *** ***


*** BERSAMBUNG | TO BE CONTINUED | CONTINUARÁ | VERVOLG | FORTSETZUNG | SUITE | CONTINUA | FORTSATT ***


-Bobbie Rendra-, (Officially assisted by Yongki Yessa)
*konten dari hasil wawancara telah mengalami proses editing, tanpa izin Surayah karena susah dihubungi*
bobbrockzbillie@gmail.com
Facebook 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar