Senin, 13 Mei 2013

Percakapan rabu sore.


Ini adalah rumah, hampir 23 tahun saya besar disini. Menangis, merengek, ketakutan, senang, dan berbagai suka duka (tapi kebanyakan suka) saya disini. Disini tempat saya merecharge semangat saya kala buntu di kampus. Yap, saya tinggal bersama di rumah almarhumah nenek saya.

Sore ini begitu menarik. Siang saya pulang dan mendapati rumah hanya ada bibi dan kakek. Ibu belum pulang tapi saya begitu merindukannya. Sampai hujan turun dan berhenti lagi ibu baru datang.

Percakapan berawal dari ruang depan, seperti biasa saya pulang minta uang mingguan dan dari situ percakapan berawal. Yang membuat saya senang adalah posisi saya sebagai anak tertua yang mendapat banyak harapan dan saran dari Ibu. Saya harus lulus secepatnya, itu inti dari percakapan di ruamg depan ini, disamping rencana abi yang ingin kuliah di biologi serta kebutuhan ade yang begitu tinggi mengingat dia kuliah di tempat yang tergolong mahal. Kembali, saran saya untuk kedua adik saya itu begitu didengar Ibu. Kalau dulu kerjaan kita adalah bertengkar soal mainan, tapi sekarang posisi saya sudah berubah, masukan saya amat berharga. Sekali-kali saya juga memberi saran pada ibu agar memberi kebebasan untuk kedua adik saya itu. Biarkan mereka bebas memilih dan berkreasi tanpa kekhawairan orang tua yang berlebihan, karena saya percaya pada kedua adikku itu.

Hujan makin membesar, percakapan pindah ke beranda depan, dimana suara percikan air hujan terdengar indah di atas dedaunan halaman rumah. Kali ini bapak menghampiri. Kami bertiga berdiri bersandar di tembok putih depan rumah. Awalnya bapak menanyakan kepulangan Bibi dari menunaikan ibadah haji. Percakapan berlanjut ke cerita kenangan Ibu bapak ketika berhaji setahun lalu. Ada yang membuat saya merasa senyum campur aduk penuh harap.

Bapak : "Bapak mah sono, hoyong kaditu deui bu!" (bapak mah kangen pengen kesana lagi bu!)
Ibu : "Muhun ibu ge, ke weh urang bareng kadituna jeung aa (saya)" (iya ibu juga, ntar aja bareng kesananya sama aa)
Bapak : "Muhun nya endah pami limaan urang bareng berangkat deui, bapak mah alim umroh, tapi hoyong haji deui" (iya indah sekali kalau berlima kesana berangkat bareng, bapak mah gak mau umroh tapi ingin haji lagi)

Dalam hati saya mengamini Amin pak, bu, saya bertekad akan memberangkatkan kita berlima, semoga panjang umur agar impian itu bisa terwujud pak, bu..

Percakapan berakhir, lalu dilanjut ke kebiasaan yang menurut saya sangat mengasyikan. Menikmati secangkir kopi bersama.





Created By: Hibban Fathurrahman (Kakak Saya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar