B.J. Habibie adalah anak keempat dari delapan bersaudara, dari suami
istri Alwi Abdul Jalil Habibie dengan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Ia
adalah orang yang bertanggung jawab atas lahirnya Industri Pesawat
Terbang Nusantara (IPTN) dan juga pesawat terbang buatan Indonesia yaitu
N-250. Beliau juga memegang banyak paten di industri penerbangan dan
juga pernah menjadi Presiden RI ketiga.
Kesuksesan B.J. Habibie tidak bisa lepas dari perjuangan ibunda
tercinta R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Tuti Marini lahir pada tanggal
10 November 1911 di kota Yogyakarta. Ibunda R.A. Tuti Marini
Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya
yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah. Tradisi
intelektual telah ditanamkan oleh orang tuanya sejak dini disamping
pengajaran keagamaan serta nilai-nilai tradisi yang dimiliki sebagai
warisan leluhur tetap dipelihara.
Pada
tahun 1948, Alwi Abdul Jalil Habibie dipromosikan menjadi Kepala
Pertanian Indonesia Timur yang berkedudukan di Makassar. Mereka tinggal
di Jalan Maricaya (Klapperland). Di seberang jalan kebetulan bermarkas
pula pasukan Brigade Mataram yang dipimpin oleh Overste Soeharto.
Pasukan Brigade Mataram kebanyakan adalah keturunan Jawa sehingga mereka
sering bertamu ke rumah Alwi Abdul Jalil Habibie.
Pada tanggal 3 September 1950, Alwi Abdul Jalil Habibie mendapatkan
serangan jantung pada saat bersujud sholat Isya. Kakak B.J. Habibie
bernama Sri Sulaksmi berlari sambil menangis ke asrama Brigade Mataram
meminta pertolongan dokter. Kemudian Overste Soeharto dan Dokter Tek
Irsan datang ke rumah Alwi Abdul Jalil Habibie. Tapi sayang, nyawa Alwi
Abdul Jalil Habibie sudah tidak tertolong lagi.
Tidak lama setelah suaminya meninggal, Tuti Marini memutuskan bahwa
B.J. Habibie harus segera pergi ke Jawa untuk sekolah. Beberapa tahun
kemudian Tuti Marini merasa tidak tenang tinggal di Ujungpandang dan
memutuskan untuk sekeluarga pindah ke Bandung. Rumah dan kendaraan di
Ujungpandang terpaksa dijual. Dengan uang tersebut Tuti Marini membeli
dua rumah dan sebuah mobil di Bandung. Satu rumah dijadikan tempat
tinggal, dan satu lagi dijadikan kost anak laki-laki.
Tuti Marini bertekad agar anak-anaknya dapat melanjutkan pendidikan
semaksimal kemampuannya, termasuk ke luar negeri. Ny. Tuti Marini sudah
berjanji kepada almarhum suaminya untuk menyekolahkan anaknya ke luar
negeri. Ia berjuang keras dengan segala daya upaya untuk membiayai
sekolah Habibie di Jerman. Tuti mendirikan perusahaan bernama Srikandi
NV yang bergerak dibidang ekspor-impor. Tuti dengan gesitnya membangun
usaha dengan memanfaatkan relasi-relasi yang ia miliki. Tanpa kenal
lelah ia kadang menyetir mobil sendiri dari Bandung ke Yogyakarta,dan
dari Bandung ke Jakarta pulang pergi. Semua ini ia lakukan demi
pendidikan terbaik untuk anak-anaknya.
Perjuangan
ibunda Habibie ini tidaklah sia-sia. Sekarang bangsa Indonesia
merasakan manfaat besar hasil perjuangan beliau dalam mendidik dan
menyekolahkan anak-anaknya. Anak beliau yang paling terkenal adalah B.J. Habibie yang membangun industri pesawat terbang indonesia dan bersama staf dan rekan-rekan IPTN berhasil membuat Pesawat N-250 Gatot Kaca.
Mungkin B.J. Habibie kurang dikenal sebagai seorang entrepreneur
tetapi beliau adalah seorang inovator yang sangat dihormati. Mental
entrepreneur dan inovator sangatlah mirip. Kita bisa lihat Thomas A.
Edison selain inovator beliau juga seorang entrepreneur. Contoh lain
Steve Jobs, Bill Gates, Bob Noyce, Gordon Moore, Sehat Sutardja, Uripto
Widjaja, dll. Mereka adalah inovator/entrepreneur yang berhasil dibidang
teknologi. Masih banyak contoh lain yang sudah memberi manfaat besar
bagi masyarakat tetapi nama mereka kurang dikenal. Itulah sebabnya
perjuangan Tuti Marini juga menjadi bagian dari cerita Entrepreneur Butuh Ibu.
Sumber
- Ibu Indonesia Dalam Kenangan oleh Nurinwa Ki S. Hendrowinoto, dkk.
Diterbitkan oleh Bank Naskah Gramedia bekerja sama dengan Yayasan
Biografi Indonesia, 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar